Api Abadi di Bumi Anglingdarmo Bojonegoro
Api Abadi Kayangan Api Adalah berupa sumber api abadi yang tak kunjung padam yang terletak pada kawasan hutan lindung di Desa Sendangharjo, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Kompleks Kayangan Api merupakan fenomena geologi alam berupa keluarnya gas alam dari dalam tanah yang tersulut api sehingga menciptakan api yang tidak pernah padam walaupun turun hujan sekalipun.
Menurut cerita, Kayangan Api adalah tempat bersemayamnya Mbah Kriyo Kusumo atau Empu Supa atau lebih dikenal dengan sebutan Mbah Pandhe berasal dari Kerajaan Majapahit. Di sebelah barat sumber api terdapat kubangan lumpur yang berbau belerang dan menurut kepercayaan saat itu Mbah Kriyo Kusumo masih beraktivitas sebagai pembuat alat-alat pertanian dan pusaka seperti keris, tombak, cundrik dan lain-lain. Sumber Api, oleh masyarakat sekitarnya masih ada yang menganggap keramat dan menurut cerita, api tersebut hanya boleh diambil jika ada upacara penting seperti yang telah dilakukan pada masa lalu, seperti upacara Jumenengan Ngarsodalem Hamengkubuwana X dan untuk mengambil api melalui suatu prasyarat yakni selamatan/wilujengan dan tayuban dengan menggunakan fending eling-eling, wani-wani dan gunungsari yang merupakan gending kesukaan Mbah Kriyo Kusumo. Oleh sebab itu ketika gending tersebut dialunkan dan ditarikan oleh waranggono tidak boleh ditemani oleh siapapun.
Sedikit cuplikan dokumentasi hunting,, tak terasa waktu saat itu berjalan dengan cepat seiring dengan alam yang indah tiada tara, inilah ciptaa Tuhan yang maha esa, nikmat tuhan manakah yang engkau dustakan.?
"Lettu Suyitno pimpin gerakan mengahalau belanda"
Setelah sekian lama Belanda berhasil menduduki wilayah rengel tuban dengan pasukan marbrix. Merekapun siapkan pasukan dengan serangan tiga poros. ya’ni poros satu babat bojonegoro, poros dua tuban Bojonegoro, dan poros tiga glendeng Bojonegoro. Tugas berat ini di bebankan kepada lettu suyitno.
poros jembatan kaliketek di pimpin langsung lettu suyitno. Dan Poros glendeng ditugaskan kepada seksi suwolo. Pertempuran begitu sengit hingga berjalan selama tuju hari. Di poros tiga lettu suwolo gugur di medan pertempuran. di ceritakan pula banyak pejuang dan saksi perang itu yang terluka.
Di poros dua tepatnya di kaliketek. Pasukan marbrix menambah banyak personil guna merebut Bojonegoro kembali. karena jembatan kaliketek
Waktu itu sudah di hancurkan oleh pasukan trip dan ronggolawe, maka akses untuk masuk sangat berat. Bukti kehancuran itu masih dapat dilihat dari bangunan penopang jembatan. Ya’ni ada perbedaan bentuk batu dan gaya pengerjaan.
Lettu suyitno bersama pejuang terus berusaha menghalau dengan alat seadanya. Dikisahkan pada waktu itu pejuang di sini hanya mempunyai empat senapan mesin dan dengan alat seadanya seperti bambu runcing. Yang berbeda jauh di banding pasukan marbrix dengan senjata lengkap. Pada pertempuran ini lettu suyitnopun gugur. Ada cerita yang berkembang di masyarakat Desa mulyoagung, bahwa meninggalnya lettu suyitno tepat di barat Balai Desa mulyoagung.
Setelah pertempuran yang begitu sengit. Serangan-serangan balasanpun dilakukan oleh tentara trip. Hingga akhirnya dapat menghancurkan pasukan Belanda. kususnya yang berada di serambi masjid Darussalam, di utara alun-alun dan di pinggiran bengawan. Bukti sejarah kehancuran belanda juga di temukannya mobil perang jenis jeep tepat di bawah jembatan.
Semoga dengan kisah ini muncul kembali semangat untuk mengingat perjuangan para pahlawan dan mensyukuri kemerdekaan ini, dengan cara mengisi hal-hal yang baik.